Umafagur, Anti (2023) PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PIHAK KEPOLISIAN DALAM MENANGANI AKSI DEMONSTRASI PADA TAHUN 2022 (Studi Kasus Mahasiswa FKIP UNKHAIR Kota Ternate). Sarjana thesis, UNIVERSITAS KHAIRUN.
|
Text
1. COVER.pdf Download (16kB) |
|
|
Text
3. ABSTRAK BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS.pdf Download (437kB) |
|
|
Text
5. BAB I.pdf - Published Version Download (495kB) |
|
|
Text
10. DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version Download (546kB) |
|
|
Text
SKRIPSI_ANTI UMAFAGUR.pdf Download (2MB) |
Abstract
Demonstrasi mahasiswa adalah cara untuk menginformasikan kepada masyarakat luas tentang perjuangan politik untuk memulai perubahan sebagai manifestasi dari berbagai tuntutan mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa Kota Ternate terhadap polisi dalam menangani aksi unjuk rasa dan menganalisis faktor apa saja yang menjadi penghambat aksi unjuk rasa mahasiswa FKIP UNKHAIR di Kota Ternate. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara antara lain wawancara mendalam; observasi langsung (partisipasi pasif), dan dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu bentuk penyampaian pendapat di muka umum adalah dengan demonstrasi atau unjuk rasa, (1) dalam pelaksanaan demonstrasi tersebut terdapat tindakan represif yang dilakukan oleh aparat kepolisian yang mengakibatkan terjadinya kericuhan antara mahasiswa dan aparat kepolisian. Hal ini dapat disimpulkan dari pelaksanaan unjuk rasa terdapat perbedaan batasan antara Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 dengan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (PERKAP) Nomor 7 Tahun 2012. Perbedaan ini terlihat terkait batas waktu pelaksanaan unjuk rasa. atau unjuk rasa, di mana ternyata peraturan Polri bertentangan dengan peraturan di atas, yaitu undang-undang tentang kemerdekaan mengeluarkan pendapat di muka umum. Aktor utama yang sering memicu aksi anarki massa dalam keadaan tertentu adalah aparat kepolisian yang terlibat dalam pengamanan yang dilakukan. (2) Indikasinya adalah taktik dan strategi pengamanan unjuk rasa yang dilakukan oleh aparat kepolisian dapat memicu kekerasan jika menggunakan ancaman (atau peringatan) atau mempersempit ruang gerak demonstran. Polisi masih menggunakan pola pembinaan dengan kekerasan fisik (seperti tamparan) yang kemudian menimbulkan efek berantai. Para pengunjuk rasa dan polisi gagal melakukan komunikasi dialogis yang berujung pada kerusuhan pada aksi unjuk rasa yang dilakukan. Kurangnya sinergi ini merupakan awal dari hambatan komunikasi yang mengindikasikan lemahnya prosedur pengamanan kepolisian. Kata kunci: Persepsi, Mahasiswa, Demonstrasi, Kepolisian.
| Item Type: | Thesis (Sarjana) |
|---|---|
| Subjects: | Q Science > QH Ppkn Q Science > QH Ppkn |
| Divisions: | Fakultas > Pendidikan Ppkn Fakultas > Pendidikan Ppkn Fakultas > Pendidikan Ppkn |
| Depositing User: | Unnamed user with email rinirthalib1988@gmail.com |
| Date Deposited: | 06 Nov 2025 06:06 |
| Last Modified: | 06 Nov 2025 06:06 |
| URI: | http://digilib.unkhair.ac.id/id/eprint/6440 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |

